Sabtu, 14 Juni 2014

Perencanaan dan Desain Pembelajaran PAI

Nama                          : Urvia Oktarosa
NIM                            : 12210263
Matakuliah                : Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Dosen Pengampu      : Muhammad Isnaini, M. Pd. I

Merancang Analisis Kebutuhan
A.    Pengertian Analisis Kebutuhan
Dalam konteks kurikulum, John MC-Neil (1985) mandefenisikan need assesement adalah proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan. Selanjutnya sejalan dengan McNeil,  Seels dan Glasgow mendefenisikan kebutuhan adalah kesenjangan (discrepncies) antara apa yang telah tersedia dengan apa yang diharapkan, dan need assesement adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
Kegiatan melaksanakan need assasement merupakan suatu kegiatan yang pertama kali harus dilakukan dalam setiap model desain sistem instruksional.
B.     Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Sebagai suatu proses, need assesement terdiri atas rangkaian kegiatan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan informasi dan berakhir pada perumusan masalah.
1.      Tahapan Pengumpulan Informasi
Witkin (1984) mendefenisikan analisis kebutuhan, sebagai proses membuat keputusan dengan memanfaatkan informasi yang dikumpulkan. Untuk lebih mudahnya ada tiga hal yang dapat diingat dalam proses perencanaan pengumpulan data yaitu:
a.       Apa yang ingin anda ketahui?
b.      Bagaimana yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data itu?
c.       Siapa yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses pengumpulan data itu?
Persoalan mengenai Scope dari need assessement meliputi tahapan-tahapan pelaksanaan, penentuan sumber, dan penjadwalan. Persoalan mengenai jenis informasi yang dibutuhkan meliputi fakta atau pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, sikap dan pandangan, serta tingkat hubungan.
2.      Tahapan Identifikasi Kesenjangan
Dalam mengidentifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan adanya lima elemen yang terkait. Dua elemen pertama, yaitu input dan proses adalah bagaimana mengunakan setiap potensi dan sumber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk, output dan outcame merupakan hasil akhir dari suatu proses.
Komponen input, meliputi kondisi yang tersedia pada saat ini misalnya tentang keuangan, waktu, bangunan, guru, pelajar, kebutuhan, problem, tujuan, materi kurikulum yang ada. Komponen proses, meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan atas pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kompetensi, perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan komponen yang berlaku. Komponen produk, meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi. Komponen output, meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi. Komponen outcame merupakan hasil akhir yang diperoleh. Melalui analisis hasil, desainer dapat menetukan sejauh mana hasil yang diperoleh dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan.
3.      Analisis Performance
Analisis performance meliputi beberapa hal dia antaranya:
a.       Mengidentifikasi guru. Menganalisis performance guru tidak terbatas pada penguasaan materi pembelajaran saja, akan tetapi juga terhadap keterampilan dalam mengelola pembelajaran.
b.      Mengidentifikasi sarana dari kelengkapan penunjang. Sistem pendidikan cenderung akan efektif manakala didukung oleh ketersediaan fasilitas sebagai sumber pendukung.
c.       Mengidentifikasikan berbagai kebijakan sekolah.
d.      Mengidentifikasikan iklim sosial dan iklim psikologis. Iklim sosial adalah hubungan yang baik antara semua unsur sekolah, sedangkan iklim psikologis suasana kebersamaan antara semua unsur sekolah.


4.      Mengidentifikasi Kendala Beserta Sumber-sumbernya
Berbagai kendala dapat meliputi waktu, fasilitas, bahan, pengelompokkan dan komposisinya, pilosofi, personal, dan organisasi. Sumber-sumber kendala bisa bersal dari pertama, orang yang terlibat dalam suatu program pembelajaran. Kedua, fasilitas yang ada, di dalamnya meliputi ketersediaan fasilatas dan kelengkapan fasilitas serta kondisi fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan beserta pengaturannya.
5.      Identifikasi Karakteristik Siswa
Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan siswa adalah bagian dari need assessement. Identifikasi yang berkaitan dengan siswa di antaranya adalah tentang usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap. Hal ini seperti diungkapkan McGowan dan Clark (1985), strategi pembelajaran yang digunakan akan berbeda untuk siswa yang kemampuan berpikirnya lebih dibandingkan untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah.
6.      Identifikasi Tujuan
Terdapat beberapa teknik dalam menentukan skala prioritas dari data yang telah terkumpul. Misalnya teknik perengkingan meliputi teknik Delphi, Fokus Group Discission, Q-Sort, dan Storyboarding. Teknik-teknik ini digunakan untuk menjaring berbagai tujuan yang dianggap perlu melalui penilaian para ahli yang terlibat pada diskusi.
7.      Menentukan Permasalahan
Salah satu format yang sederhana dikembangkan oleh Jung, Pino dan Emory (1979), yang dinamakan dengan RUPS (Research Utilizing Problem Solving). Tujuan RUPS adalah merumuskan latar belakang dan konteks permasalahan, bagaimana tipe permasalahan dan memberikan tujuan berdasarkan permasalahan untuk dikembangkan.
C.     Sumber Analisis Kebutuhan
Secara umum ada dua jenis analisis kebutuhan, yakni analisis kebutuhan akademis dan nonakademis.
1.      Analisis Akademis
Analisis kebutuhan akademis adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  (KTSP). Kompetensi yang harus dicapai oleh KTSP tercermin dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SI dan SKL) sabagai standar kemampuan minimal yang harus dicapai.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kpribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, sarta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjutan sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
2.      Analisis Kebutuhan Nonakademis
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1, menjelaskan bahwa daerah dapat mengembangkan kurikulim muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri sesuai dengan minat siswa. Selanjutnya ayat 2, menjelaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses pengembangan desain pembelajaran sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk mengembangkan isi kurikulum sesuai kebutuhan siswa, potensi, dan karakteristik daerah masing-masing
Jadi kebutuhan non akademis yakni berbagai kebutuhan yang berkenaan dengan potensi minat dan bakat setiap siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Tujuan menganalisis kebutuhan non akdemis adalah untuk menjaring berbagai kepentingan dan tuntutan masyarakat yang perlu dikembangkan oleh sekolah untuk dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya, agar mereka dapat hidup di masyarakat.

Referenasi: Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Design Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2008.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar