Nama : Urvia Oktarosa
NIM : 12210263
Matakuliah : Perencanaan dan Desain
Pembelajaran
Dosen
Pengampu : Muhammad Isnaini, M. Pd. I
Merancang Analisis
Kebutuhan
A. Pengertian
Analisis Kebutuhan
Dalam
konteks kurikulum, John MC-Neil (1985) mandefenisikan need assesement adalah proses menentukan prioritas kebutuhan
pendidikan. Selanjutnya sejalan dengan McNeil,
Seels dan Glasgow mendefenisikan kebutuhan adalah kesenjangan (discrepncies) antara apa yang telah
tersedia dengan apa yang diharapkan, dan need
assesement adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan
menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
Kegiatan
melaksanakan need assasement merupakan
suatu kegiatan yang pertama kali harus dilakukan dalam setiap model desain sistem
instruksional.
B. Langkah-langkah
Analisis Kebutuhan
Sebagai
suatu proses, need assesement terdiri
atas rangkaian kegiatan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan informasi dan
berakhir pada perumusan masalah.
1. Tahapan
Pengumpulan Informasi
Witkin
(1984) mendefenisikan analisis kebutuhan, sebagai proses membuat keputusan
dengan memanfaatkan informasi yang dikumpulkan. Untuk lebih mudahnya ada tiga
hal yang dapat diingat dalam proses perencanaan pengumpulan data yaitu:
a. Apa
yang ingin anda ketahui?
b. Bagaimana
yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data itu?
c. Siapa
yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses pengumpulan data itu?
Persoalan
mengenai Scope dari need assessement meliputi
tahapan-tahapan pelaksanaan, penentuan sumber, dan penjadwalan. Persoalan
mengenai jenis informasi yang dibutuhkan meliputi fakta atau pengetahuan,
kemampuan atau kompetensi, sikap dan pandangan, serta tingkat hubungan.
2. Tahapan
Identifikasi Kesenjangan
Dalam
mengidentifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan adanya
lima elemen yang terkait. Dua elemen pertama, yaitu input dan proses adalah bagaimana mengunakan setiap potensi dan
sumber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk, output dan outcame merupakan hasil akhir dari suatu proses.
Komponen
input, meliputi kondisi yang tersedia
pada saat ini misalnya tentang keuangan, waktu, bangunan, guru, pelajar,
kebutuhan, problem, tujuan, materi kurikulum yang ada. Komponen proses,
meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan atas pola pembentukan staf,
pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kompetensi, perencanaan, metode,
pembelajaran individu, dan komponen yang berlaku. Komponen produk, meliputi
penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dimiliki,
serta kelulusan tes kompetensi. Komponen output,
meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi. Komponen outcame merupakan hasil akhir yang
diperoleh. Melalui analisis hasil, desainer dapat menetukan sejauh mana hasil
yang diperoleh dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan.
3. Analisis
Performance
Analisis
performance meliputi beberapa hal dia
antaranya:
a. Mengidentifikasi
guru. Menganalisis performance guru
tidak terbatas pada penguasaan materi pembelajaran saja, akan tetapi juga
terhadap keterampilan dalam mengelola pembelajaran.
b. Mengidentifikasi
sarana dari kelengkapan penunjang. Sistem pendidikan cenderung akan efektif
manakala didukung oleh ketersediaan fasilitas sebagai sumber pendukung.
c. Mengidentifikasikan
berbagai kebijakan sekolah.
d. Mengidentifikasikan
iklim sosial dan iklim psikologis. Iklim sosial adalah hubungan yang baik
antara semua unsur sekolah, sedangkan iklim psikologis suasana kebersamaan
antara semua unsur sekolah.
4. Mengidentifikasi
Kendala Beserta Sumber-sumbernya
Berbagai
kendala dapat meliputi waktu, fasilitas, bahan, pengelompokkan dan
komposisinya, pilosofi, personal, dan organisasi. Sumber-sumber kendala bisa
bersal dari pertama, orang yang
terlibat dalam suatu program pembelajaran. Kedua,
fasilitas yang ada, di dalamnya meliputi ketersediaan fasilatas dan kelengkapan
fasilitas serta kondisi fasilitas. Ketiga,
berkaitan dengan jumlah pendanaan beserta pengaturannya.
5. Identifikasi
Karakteristik Siswa
Tujuan
utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang
dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan siswa adalah
bagian dari need assessement. Identifikasi
yang berkaitan dengan siswa di antaranya adalah tentang usia, jenis kelamin,
level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar,
pengalaman dan sikap. Hal ini seperti diungkapkan McGowan dan Clark (1985),
strategi pembelajaran yang digunakan akan berbeda untuk siswa yang kemampuan
berpikirnya lebih dibandingkan untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir
rendah.
6. Identifikasi
Tujuan
Terdapat
beberapa teknik dalam menentukan skala prioritas dari data yang telah
terkumpul. Misalnya teknik perengkingan meliputi teknik Delphi, Fokus Group
Discission, Q-Sort, dan Storyboarding. Teknik-teknik ini digunakan untuk
menjaring berbagai tujuan yang dianggap perlu melalui penilaian para ahli yang
terlibat pada diskusi.
7. Menentukan
Permasalahan
Salah
satu format yang sederhana dikembangkan oleh Jung, Pino dan Emory (1979), yang
dinamakan dengan RUPS (Research Utilizing
Problem Solving). Tujuan RUPS adalah merumuskan latar belakang dan konteks
permasalahan, bagaimana tipe permasalahan dan memberikan tujuan berdasarkan
permasalahan untuk dikembangkan.
C.
Sumber Analisis
Kebutuhan
Secara umum ada
dua jenis analisis kebutuhan, yakni analisis kebutuhan akademis dan
nonakademis.
1.
Analisis Akademis
Analisis
kebutuhan akademis adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai
dengan kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kompetensi yang harus dicapai oleh
KTSP tercermin dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SI dan SKL)
sabagai standar kemampuan minimal yang harus dicapai.
Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Bab V Pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan
dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kpribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
Standar
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan
kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, sarta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjutan sesuai dengan kejuruannya.
Standar
kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta
menerapkan ilmu, teknologi dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
2.
Analisis Kebutuhan
Nonakademis
Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1,
menjelaskan bahwa daerah dapat mengembangkan kurikulim muatan lokal, yakni
kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek
pengembangan diri sesuai dengan minat siswa. Selanjutnya ayat 2, menjelaskan
bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses pengembangan desain pembelajaran
sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk mengembangkan isi kurikulum sesuai
kebutuhan siswa, potensi, dan karakteristik daerah masing-masing
Jadi
kebutuhan non akademis yakni berbagai kebutuhan yang berkenaan dengan potensi
minat dan bakat setiap siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Tujuan
menganalisis kebutuhan non akdemis adalah untuk menjaring berbagai kepentingan
dan tuntutan masyarakat yang perlu dikembangkan oleh sekolah untuk dipelajari
siswa sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya, agar mereka
dapat hidup di masyarakat.
Referenasi: Sanjaya,
Wina. Perencanaan dan Design Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar