Nama :
Urvia Oktarosa
Nim :
12210263
Matakuliah :
Pengelolaan Pembelajaran
Dosen pengampu : Zuryati, M. Pd. I
KELOMPOK I
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan itu berakar
dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya
ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Atau proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Pembelajaran berasal
dari kata “belajar” yang artinya ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mencari suatu informasi atau lebih. Jadi pembelajaran ialah proses kegiatan
mencari informasi (dalam mencari ilmu).
Dari pengertian diatas dapatlah
disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau
pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan
sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan
potensi kelas.
Menurut Sudjana
(1988) pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa
yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan
mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen pembelajaran,
sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian
kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi
jelas dan sisitematis. Hal ini berarti
pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan komponen-komponen
tujuan, bahan, metode atau teknik, serta evaluasi atau penilaian.
Dengan demikian, pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu
rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur
atau komponen yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata lain, pengelolaan pembelajaran
merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur
atau komponen-komponen pembelajaran.
B. Hakikat Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran pada hakikatnya mengacu pada suatu upaya untuk mengatur/mengendalikan/memanajemeni
aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran
untuk menyukseskan tujuan pengajaraan sehingga tercapai lebih efektif, efisien,
dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri
dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai
umpan balik.
C. Konsep-konsep dan
prinsip-prinsip Pengajaran
a. Konsep-konsep pengajaran
Konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok
objek, peristiwa, atau fenomena lainnya atau suatu gagasan/
ide yang relatif sempurna dan bermakna. Dalam hal ini konsep pengajaran
yang memiliki pokok-pokok umum, dan dasar sistem pengajaran. Adapun pokok-pokok
umum sebagai berikut :
(a) Metodik Khusus.
berasal dari kata “metode” yang berarti suatu cara kerja yang sistematik
dan umum, yaitu suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari
suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai bahan
pelajaran.
(b) Didaktik, dan hubungan dengan Metodik.
Didaktik sebagai dari pedagogik atau berarti ilmu mengajar yang didasarkan
atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu
dimiliki oleh peserta didik (yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan
mengaktifkan siswa atau tidak).
b. Prinsip-prinsip Pengajaran.
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu : aktivitas
mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peran seorang
guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara
mengajar itu sendiri dengan belajar. Pengajaran yang hanya ditandai oleh
keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut
mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa
melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar.
Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan
belajar. Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen
pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa,
dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun
prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
a. Prinsip aktivitas
b. Prinsip motivasi
c. Prinsip individualistis
d. Prinsip konsentrasi
e. Prinsip kebebasan
f. Pinsip peragaan
g. Prinsip kerja sama
dan persaingan
h. Prinsip apersepsi
i. Prinsip korelasi
(saling berkaitan).
j. Prinsip efisiensi
dan efektivitas
k. Prinsip globalits,
bahwa keseluruhan adalah titik awal pengajaran.
l. Permainan dan hiburan.
D. Pendekatan
Belajar-Mengajar.
Pendekatan (approach)
pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang
disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach), dimana
pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
2.
Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek
utama dalam proses pembelajaran.
Adapun jenis-jenis pendekatan
dalam pembelajaran secara terperinci, antara lain:
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual
merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk
memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Persoalan kesulitan belajar anak lebih
mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat
pendekatan kelompok diperlukan.
Pendekatan individual
adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa
sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar
mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni
pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal
ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni
makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun
akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk
setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat
guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru
lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan
karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin
ditakuti dan sebagainya.
Setiap tindakan dan
perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk
mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan
norma agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Dengan penerapan
prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat
menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk
mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai
agama.
Pendekatan agama dapat
membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini,
dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat
untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara
lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian
struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat
dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan
unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.
KELOMPOK II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Belajar Mengajar
Dari segi bahasa metode berasal dari
dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti ‘melalui’ dan hodos berarti
‘jalan’. Dengan demikian metode
berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan,
menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut.
Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan. Adapun kata ‘metodologi’
berasal dari kata ‘metoda’ dan ‘logi’. Logi berasal dari bahasa Yunani logos
yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau
cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu ilmu
pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu
metodologi pendidikan.
Al-Thoumi Al-Syaibani mengemukakan beberapa pendapat
para ahli pendidikan yang memberikan definisi tentang metode, sebagai berikut:
1. Athiyah al-Abrasyi mengemukakan metode
adalah jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam
segala mata pelajaran.
2. Abd. Ar-Rahim Ghunaimah mengatakan metode
sebagai cara-cara yang di ikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada
anak didik.
3. Edgar Bruce Wetsley mengemukakan metode
adalah kegiatan terarah dari guru dalam proses pembelajaran, hingga
pembelajaran menjadi berkesan.
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa metode
pendidikan adalah cara yang sistematis yang digunakan oleh pendidik untuk
menyampaikan materi pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan
metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.
Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat,
atau gairah belajar siswa.
b.
Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut.
c.
Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mewujudkan hasil karya.
d.
Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
e.
Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Ditinjau dari
segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam
jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang
tepat digunakan dalam kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan
secara singkat beberapa metode mengajar.
1) Metode Cerita (Kisah)
Metode kisah adalah satu cara
dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menuturkan secara kronologis
tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun
hanya rekaan saja. Akan tetapi dalam Islam yang berpedoman pada al-Qur’an dan
al-Hadits membuktikan tidak ada kisah bohong, karena Islam
selalu bersumber dari dua sumber yang dapat dipercaya. Sehingga cerita
yang ada terjamin keshahihannya dan keabsahannya.
Metode kisah
diisyaratkan dalam al-Qur’an: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an
ini kepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum (aku mewahyukan) adalah termasuk orang-orang yang lalai”.
(QS.Yusuf: 3)
Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa kisah yang ada
dalam al-Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai
pendidikan.
2)
Metode Ceramah
Metode ceramah bergantung kepada kualitas personalities
guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa,
dan keteraturan guru dalam memberi penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara
mudah oleh setiap guru.
Metode
ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan
penerapan lisan oleh guru kepada siswa agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode
ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan
keterampilan berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara
mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.
Dari definisi
metode ceramah diatas, dapat kiranya kita mendefinisikan metode ceramah sebagai
sebuah bentuk interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik. Berdasarkan
definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika guru akan menjadi pusat tumpuan
keberhasilan metode ceramah.
a.
Tahap Metode Ceramah
Pada tahap ini
penceramah atau guru menyajikan isi pelajaran yang telah diorganisasikan
sebelumnya. Faktor-faktor yang hendaknya menjadi perhatian guru pada tahap
pengembangan ceramah, ialah:
1.
Keterangan secara singkat dan jelas.
2.
Pergunakan papan tulis. Sebagai upaya visualisasi, pokok-pokok
masalah yang diterangkan perlu ditulis di papan tulis dengan jelas dan tertib.
3.
Keterangan-ulang dengan menggunakan istilah atau kata-kata lain
yang lebih jelas.
4.
Mengatur alokasi waktu ceramah.
Metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
a)
Kelebihan Metode Ceramah
1.
Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan
sebanyak-banyaknya.
2.
Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokkan murid-murid seperti pada
metode yang lain.
3.
Guru dapat menguasai seluruh
kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup besar.
b)
Kekurangan Metode Ceramah
1.
Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2.
Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.
Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
3)
Metode Diskusi
Diskusi adalah
suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu,
atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan
memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang
sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.
Metode diskusi
sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang membincangkan suatu topik
atau masalah yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa
dan siswa lain). Secara terperinci tujuan pemakaian metode diskusi yaitu
sebagai berikut :
a)
Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan,
dan menyimpulkan pada diri siswa.
b)
Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan
bidang studi yang dipelajari,
c)
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang
lebih positif.
d)
Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat.
e)
Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.
Dari tujuan
pemakaian metode diskusi, maka dikemukakan bahwa pemakaian metode diskusi tidak
hanya sekedar untuk menyampaikan informasi kepada para siswa. Hal yang penting
dari penyampaian informasi adalah terbentuknya
kondisi yang menguntungkan bagi
siswa untuk mengelola perolehan belajarnya.
Ada beberapa
kelebihan dan kekurangan metode diskusi, manakala diterapkan kegiatan belajar
mengajar yaitu sebagai berikut :
a.
Kelebihan Metode Diskusi
1.
Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya
dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2.
Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
3.
Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai
pendapat orang lain.
b.
Kelemahan Metode Diskusi
1.
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3
orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
3.
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam diskusi sering
terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
4)
Metode Kelompok
Istilah
kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai
anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok
yang lebih kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama.
Selain itu, kerja kelompok juga ditandai
dengan adanya tugas bersama, pembagian tugas dalam kelompok, dan adanya kerja
sama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok.
Metode kerja kelompok digunakan dalam proses
belajar-mengajar dengan tujuan yaitu sebagai berikut :
a)
Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para siswa.
b)
Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan
intelektual para siswa dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakan.
c)
Meningkatkan perhatian terhadap proses dan
hasil dari proses belajar-mengajar secara berimbang.
Metode kelompok
mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan
Metode Kelompok
1.
Ditinjau dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid akan
meningkatkan kualitas kepribadian, seperti: kerjasama, toleransi, kritis,
disiplin dan sebagainya.
2.
Ditinjau dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang positif,
karena anak-anak lebih giat bekerja dalam kelompok masing-masing.
3.
Ditinjau dari segi didaktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam
kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam
rangka memenangkan “Kompetisi” antara kelompok.
b. Kekurangan
Metode Kelompok
1.
Metode kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit
apabila dibandingkan dengan metode yang lain; misalnya metode ceramah.
2.
Apabila terjadi persaingan yang negatif, hasil pekerjaan akan
lebih memburuk.
3.
Bagi anak-anak yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam
kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi kelompok itu, sehingga
usaha kelompok itu akan gagal.
5)
Metode Campuran
Metode campuran
atau Electic Methods dapat diartikan campuran, kombinasi
(metode-metode pilihan). Metode
electic yaitu cara
menyajikan bahan pelajaran di depan kelas dengan melalui macam-macam
kombinasi beberapa metode, misalnya metode ceramah dengan metode diskusi bahkan
dengan metode demonstrasi sekaligus
diterapkan dalam suatu kondisi pengajaran. Oleh karena itu, metode ini
campuran dari unsur-unsur yang terdapat dalam metode-metode.
6) Metode Demontrasi
dan Eksperimen
Metode demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Akan tetapi
metode demonstrasi memerlukan waktu yang cukup banyak, dan keterampilan guru
dalam mendemonstrasikan materi yang diajarkan, sehingga tidak menimbulkan
kesalah pahaman peserta didik.
7)
Metode Sosiodrama
dan Bermain Peran
Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses
kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan
bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Metode yang
melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau
situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia
lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
8)
Metode Karyawisata
Pada saat belajar mengajar
siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek
yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya
wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke
suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang
dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour,
dan sebagainya.
Metode karyawisata
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.
Kelebihan metode karyawisata
1. Karyawisata
memiliki prinsip pengajaran modern, yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pengajaran.
2. Membuat apa
yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kanyatan dan kebutuhan
di masyarakat.
3. Pengajaran
serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
4. Informasi
sebagai bahan pelajaran lebih luasa dan aktual.
b.
Kekurangan metode karyawisata
1.
Fasilitas yang
diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau
sekolah.
2.
Saat memerlukan
persiapan atau perencaaan yang matang.
3.
Memerlukan koordinasi
dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan
selama karya wisata
4.
Dalam karya wisata
sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama , sedang
unsur studinya menjadi terabaikan.
9)
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian
pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama
dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru. Metode
tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan
baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
Metode tanya
jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan
metode tanya jawab
1.
Pertanyaan dapat menarik dan padat memusatkan perhatian
siswa sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengatuk kembali tegar dan
hilang kantuknya.
2.
Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya
pikir, termasuk daya ingat.
3.
Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam
menjawab dan mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan metode tanya jawab
1.
Siswa merasa takut apalagi bila guru dapat mendorong
siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan
akrab.
2.
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan
tingkat berpikir dan mudah dipahami
siswa.
3.
Waktu sering banyak terbuang terutama apabila siswa
tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4.
Dalam jumlah siswa yang banyak tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa.
10) Metode Latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan.
Metode Latihan memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut :
a.
Kelebihan metode
latihan
1.
Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis
, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan
alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan
olah raga.
2.
Untuk memperoleh
kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya
3.
Untuk memperoleh
kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti
hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta
dan sebagainya.
4.
Pembentukan kebiasaan
yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
5.
Pemanfaatan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
b.
Kelemahan metode
latihan
1.
Menghambat bakat dan
inisiatif siswa,karena siswa lebih banyak dibawah kepada penyesuaian dan
diarahkan jauh dari pengertian.
2.
Menimbulkan
penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.
Kadang-kadang latihan
yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah
membosankan.
4.
Membentuk kebiasaan
yang kaku, karena bersifat otomatis dapat menimbulkan ferbalisme.
5.
Siswa sulit dikontrol,
apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
6.
KELOMPOK III
PEMBAHASAN
Teknik-Teknik
Belajar Mengajar
A.
Pengertian Teknik-Teknik Belajar Mengajar
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, memberi batasan bahwa tehnik adalah “cara (kepandaian) membuat
sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni (Moeliono,1990:915).
Belajar Mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif maksudnya mewarnai interaksi yang
terjadi antara guru dengan anak didik. Jadi Teknik belajar mengajar merupakan
cara seseorang guru dalam mendidik anak untuk mencapai tujuan yang diingkan.
Kegunaan teknik-teknik belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
1. Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap dalm
satu kesatuan.
2. Membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam
menuntut ilmu.
3. Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
B.
Macam-Macam Teknik-Teknik Belajar Mengajar
1.
Teknik
Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru disekolah. Di dalam diskusi proses interaksi antara
dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yang pasif
sebagai pendengar saja.
2.
Teknik
Kerja Kelompok
Teknik ini ialah salah satu cara mengajar, dimana siswa di dalam
kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.
Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa
mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama.
3.
Penemuan
(Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund
Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
4.
Teknik
Simulasi
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang
yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam
tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Simulasi mempunyai
bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah peer-teaching, sociodrama,
psikodrama, simulasi game dan role playing.
5.
Unit
teaching
Unit teaching
sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah teknik ini
memberi kesempatan siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan
menguasai cara belajar secara unit.
Teknik unit teaching ini memiliki keunggulan karena murid dapat
belajar secara keseluruhan yang bulat, sehingga hasil pelajarannya menjadi
lebih berarti baginya, lebih luas
mendalam dan bulat. Sedangkan Kelemahannya ialah untuk merencanakan unit tidak
mudah, memerlukan seorang ahli yang betul-betul menguasai masalah, karena semua
masalah belum tentu dapat dijadikan unit.
6.
Micro Teaching
Mikro teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana
segalanya dikecilkan atau disederhanakan.
Dapat kiranya disimpulkan bahwa micro teaching adalah
suatu latihan mengajar permulaan bagi guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat
dilaksanakan dalam lingkungan teman-teman, setingkat sendiri atau sekelompok
murid-murid di bawah bimbingan dosen pembimbing atan dibawah bimbingan Guru
Pamong.
7.
Teknik
Sumbang Saran (Brain-Storming)
Brain storming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru
di dalam kelas, ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru,
kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga
mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan
sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam
waktu yang sangat singkat.
8.
Inquiry
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau
cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya
sebagai berikut : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas
tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau
membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
9.
Eksperimen
Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa
melakukan suatu percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru. Tujuan teknik ini adalah agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
10.
Demonstrasi
Teknik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah
demonstrasi. Tetapi siswa tidak melakukan percobaan hanya melihat saja apa yang
dikerjakan guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang
instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses.
11.
Teknik
penyajian kerja lapangan
Yang dimaksud dengan teknik penyajian kerja lapangan ialah cara
mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat diluar sekolah, yang
bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi
langsung terjun aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja, agar siswa dapat
menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja di dalam
pekerjaan yang ada di masyarakat.
13). Teknik pemberian tugas atau resitasi
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan
tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa
melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa
dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi atau keseluruhan.
KELOMPOK IV
PEMBAHASAN
A.
Keberhasilan
Belajar Mengajar.
1)
Pengertian Keberhasilan.
Pengertian keberhasilan merupakan suatu
proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.
2)
Indikator Keberhasilan.
Yang
menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
hal-hal sebagai berikut:
a. Daya
serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
b. Prilaku
yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
3)
Penilaian Keberhasilan.
Berdasarkan
tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam
jenis penilaian sebagai berikut.
1.
Tes Formatif.
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak didik
terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki
proses balajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2.
Tes Subsumatif.
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan
dalam waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap anak didik
untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes ini digunakan
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan
nilai rapor.
3.
Tes sumatif.
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun
pelajaran.
B.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua
golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstrern. Faktor Intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
a)
Faktor-faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga
faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a.
Faktor
Jasmaniah.
1)
Faktor
Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Kesehatan seorang berpengaruh terhadap belajarnya.
2)
Cacat
Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan.
3)
Faktor
psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar.
4)
Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
5)
Perhatian.
Menurut Gazali
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
6)
Minat.
Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
7)
Bakat.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
8)
Motif.
Motif erat
sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
9)
Kematangan.
Kematangan
adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
10)
Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk
membaringkan tubuh.
Kesiapan adalah kesediaan untuk member response atau bereaksi.
b)
Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah
dikelompokkan menjadi 3 faktor:
a)
Faktor
Keluarga.
Siswa
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan
ekonomi keluarga.
b)
Faktor
Sekolah.
Faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
c)
Faktor
masyarakat
Masyarakat
merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh
itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat seperti kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
C.
Faktor- faktor yang mempengaruhi
Keberhasilan mengajar
Berbagai faktor yang dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik,
kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi.
Berbagai faktor tersebut akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
1.
Faktor
Tujuan.
Tujuan
adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkah
laku, kemampuan/kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa
setelah proses pembelajaran
Menurut
Arikunto “Untuk mencapai hasil yang optimal, tujuan pembelajaran khusus harus
dirumuskan sedemikian rupa sehingga bersifat sangat khusus, hanya menunjukan
satu pengetahuan atau ketrampilan saja. Berpusat kepada siswa, artinya menunjuk
langsung kepada kepentingan siswa, menunjuk pada situasi tertentu dalam kondisi
apa tujuan tersebut dapat tercapai serta menunjuk pada tingkat atau nukuran
yang telah ditentukan”.
Dari
rumusan tujuan pembelajaran khusus diatas dapat dijabarkan kedalam komponen tujuan
pembelajaran, menurut Sunhaji ada beberapa komponen-komponen tujuan
pembelajaran yaitu: “ Siswa atau perfomer, tingkah laku atau perbuatan, kondisi
dan kriteria”
a. Siswa
atau Perfomer.
b. Tingkah
laku atau perbuatan.
c. Kondisi.
Kondisi disini adalah syarat-syarat atau keadaan, suasana yang meliputi
perbuatan itu.
d. Kriteria.
Kriteria merupakan keterangan dari komponen kondisi, sebagai tuntutan minimal
dan merupakan standar pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan.
Karena
sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali belajar
mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajaran. Akhirnya
tujuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.
2.
Guru
Guru
adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak
didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya.
Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang
yang cerdas.
Setiap
guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan
sebelum mereka menjadi guru. .
3.
Anak Didik.
Anak
didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya yang
memasukkannya untuk didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di
kemudian hari. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak,
tetapi dalam jumlah yang cukup besar.
4.
Kegiatan Pengajaran.
Keberhasilan
pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa, salah
satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari
kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru, Menurut
Muhammad Ali, ada empat macam gaya mengajar yaitu:
1) Gaya
mengajar klasik,
2) Gaya
mengajar teknologis,
3) Gaya
mengajar personalisasi
4) Gaya
mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1) Pendekatan
individual
Guru
berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya
2) Pendekatan
kelompok
Berusaha
memahami anak didik sebagai mahluk sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan
menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
c. Strategi penggunaan metode.
Penggunaan strategi belajar dapat
digunakan lebih dari satu metode pengajaran misalnya penggunaan
metode ceramah dengan metode tanya jawab.
5.
Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan
yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna
kepentingan ulangan atau evaluasi. Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku
paket, untuk dikonsumsi anak didik. Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang
sudah diprogramkan dan harus sudah selesai dalam jangka waktu tertentu
dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan item-item soal evaluasi.
Alat evaluasi yang digunakan
biasanya dalam bentuk tes dan non tes. Non tes bisa dalam bentuk pengamatan
proses pembelajaran, sedangkan tes hasil belajar menurut Asmawi Zainul “ Tes
hasil belajar adalah alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui
keberhasilan seseorang dalam proses belajar mengajar atau pendidikan” .
Begitu
juga dalam hal penilaian, walaupun ada standar penilaian, sikap objektifitas
guru sangat bengaruh dalam penilaian.
6.
Suasana Evaluasi
Faktor suasana evaluasi merupakan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Hal yang
perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah:
a. Pelaksanaan
evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b. Semua
murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c. Besar
sedikitnya anak
didik dalam kelas.
d. Berlaku
jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut.
e. Sikap
pengawas yang berlebihan.
Semua hal tersebut mempengaruhi suasana
evaluasi, pengelompokan anak didik dalam jumlah besar, sangat mempengaruhi
kenyamanan, begitu juga pengacakan nomor tempat duduk, walaupun semua itu
dimaksudkan untuk kejujuran anak dalam mengikuti evaluasi, agar tidak ada kerja
sama atau nyontek bersama.
KELOMPOK V
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Media Pembelajaran
Kata
“media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”,
yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Rossi dan Breidle (1966), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang
dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Jadi media pembelajaran
dapatlah dipahami bahwa media pembelajaran merupakan sarana atau alat yang
digunakan (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar proses
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai, efektif, efisien dan
berdaya tarik.
B.
Kegunaan
Media Dalam Pembelajaran
Dalam
proses pembelajaran, menurut Sadirman (1986) media memiliki kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
1.
Memperjelas
sajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata
tertulis, atau lisan belaka);
2.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, seperti objek yang terlalu besar,
bisa digantikan dengan realita gambar, film, atau model
3.
Dengan
menggunakan media yang tepat dan bervariasi.
C.
Media
Sebagai Alat Bantu Dalam Pembelajaran
Media
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru kepada anak didik.
D.
Media
Sebagai Sumber Belajar
Sumber
belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana; di sekolah, di
halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Udin Saripuddin dan
Winataputra (1996) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori,
yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media
pendidikan. Karena itu, sumber belajar segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
seseorang.
Media
pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu memperkaya wawasan
anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu
pengetahuan bagi anak didik.
E.
Macam-Macam
Media
Macam-macam media dilihat dari
berbagai aspek, yakni dari jenisnya, daya liputan, dan bahan pembuatannya:
1)
Dilihat
dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
Media
Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti radio.
-
Media
Visual
Adalah
media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang
menampilkan gambar seperti foto, gambar, lukisan.
-
Media
Audiovisual
Media
audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
2)
Dilihat
dari daya liputan, media dibagi atas:
a)
Media
dengan daya liput luas dan serentak
b)
Media
dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
3)
Dilihat
dari bahan pembuatannya, media dibagi menjadi:
c)
Media
sederhana
d)
Media
kompleks
F.
Pemilihan
Media Yang Tepat
Untuk tujuan
pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih
efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat
serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada
sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain
:
1)
Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama
dalam memilih media. Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan
internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk
memperoleh akses.
2)
Cost (biaya)
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Sebab semakin jurnal pendidikan pendayagunaan media pembelajaran banyak
yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
3)
Technology
Interactivity Media yang baik adalah yang dapat memunculkan
komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan
dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut.
4)
Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan
organisasi. Yang mendukung kinerja
komite sekolah.
5)
Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid.
Dari beberapa pertimbangan
di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan
dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan
ide dan kreativitas yang dimilikinya. Kemudian hakikat dari pemilihan media ini pada akhirnya
adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang
bersangkutan.
G.
Pengembangan
dan Pemanfaatan Media Sumber
Media
pembelajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat
netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar
mengajar.
Sebagai
alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana
Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori,
sebagai berikut:
1)
Penggunaan
media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi
mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar
mengajar yang efektif.
2)
Penggunaan
media pembelajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi
mengajar.
3)
Media
pembelajaran dalam pengajaran, penggunaanya integral dengan tujuan dari isi
pelajaran.
4)
Penggunaan
media dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan.
5)
Penggunaan
media dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar
mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian yang dobrikan guru.
Ketika
fungsi-fungsi media pembelajaran diaplikasikan ke dalam proses belajar
mengajar, maka terlihatlah peranannya sebagi berikut:
a)
Media
yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang
guru sampaikan.
b)
Media
dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh
para siswa dalam proes belajarnya.
c)
Media
sebagai sumber belajar siswa.
Adapun
nilai-nilai praktik media pengajaran menurut Sadirman N, dkk. (1991) adalah:
a)
Meletakkan
dasar-dasar konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi
kepahaman yang bersifat verbalisme.
b)
Menampilkan
objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas.
c)
Memperlambat
gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang lambat.
d)
Karena
informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam situasi dan
kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi pada
siswa.
e)
Membangkitkan
motivasi belajar siswa.
Demikian
pembahasan mengenai penggunaan media dalam proses belajar mengajar ini. Untuk
dapat merasakan manfaatnya, guru dapat mempergunakan dan mengembangkannya dalam
proses belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Media yang dapat
dimanfaatkan oleh guru adalah media yang sesuai dengan misi tujuan.
KELOMPOK VI
PEMBAHASAN
A. Memancing Apersepsi Peserta Didik
Latar belakang
kehidupan social peserta didik penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan
mengetahui dari mana peserta didik berasal, dapat membantu guru untuk memahami
jiwa peserta didiknya. Pengalaman apa yang dipunyai oleh peserta didik adalah
hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian peserta didik.
B. Memenfaatkan Teknik Alat Bantu Yang Akseptabel
Bahan pelajaran adalah
isi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran, bahan yang akan
disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang mudah,
sedang, sampai ke yang sukar
Adapun penggunaan alat
bantu atau media adalah untuk memperjelas bahan pelajaran. Dan tujuan lain yang
tak kalah penting didalam penggunaan alat bantu adalah:
1. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh kehadapan peserta didik.
2. Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan cepat atau
amat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana.
3. Menampung sejumlah besar peserata didik untuk mempelajari materi pelajaran
dalam waktu yang sama.
4. Meningkat daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik.
5. Meningkatkan sistematika pengajaran
Adapun manfaat dari
penggunaan alat bantu/media dalam pembelajaran adalah:
1. Untuk memperlancar interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2. Proses pembelajaran menjadi lebih baik
3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4. Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5. Meningkatkan kualitas belajar siswa
Alat bantu yang
akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai teknik yang jitu untuk meningkatkan
perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
C. Memilih Bentuk Motivasi Yang Baru
Proses pembelajaran
adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan peserta
didik. Motivasi merupakan factor yang mempunyai arti penting bagi peserta
didik. Apalah artinya peserta didik pergi kesekolah tanpa motivasi dari guru
untuk belajar.
Kemudian ada beberapa
bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna untuk mempertahan minat peserta
didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan,yaitu:
a. Member angka, angka dimaksud sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar peserta didik.
b. Hadiah, sesuatu yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
c. Pujian, alat motivasi yang positif.
d. Gerakan tubuh, bentuk mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol dan lain-lain.
Peserta didik akan
aktif dalam kegiatan belajarnya apabila ada motivasi, baik itu motivasi
ekstrinsik maupun instrinsik. Ada beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya
motivasi belajar aktif pada diri peserta didik. Antara lain:
a. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan pertisipasi positif. Peserta
didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran.
b. Tersedia tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung.
c. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam
proses pembelajaran.
Macam-macam bentuk motivasi diatas dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam proses pembelajaran.
D. Menggunakan Metode Yang Bervariasi
Metode merupakan hal
yang lebih penting dari materi yang akan diajarkan. Menurut DR. Ahamad Tafsir,
metode adalah cara yang paling cepat dan tepat, kata “cepat dan tepat” didini
sering diungkapkan dengan ungkapan efektif dan efisien. Disini seorang guru
harus memilih cara yang efektif dan efisien dalam mentransformasi dan
mengembangkan pengetahuan peserta didiknya.
Metode adalah strategi
yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran, setiap kali mengajar guru pasti
menggunakan metode. Macam-macam metode konvesional dalam pembelajaran antara
lain:
1. Metode ceramah.
2. Metode diskusi.
3. Metode Tanya jawab.
4. Metode kerja kelompok.
5. Metode sosio-drama
6. Metode sistim regu, Dll.
Dengan menggunakan metode diatas, maka guru akan mendapatkan umpan balik
peserta didik.
KELOMPOK VII
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Variasi
Mengajar
A.
Tujuan
Variasi Mengajar
Penggunaan
variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar
siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah:
1.
Meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar
Tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi
yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa.
2.
Memberikan
kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi
memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar
dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa
motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada dua
yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
3.
Membentuk
sikap positif terhadap guru dan sekolah
Adalah suatu
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang
kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang
oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh sering
ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan
materi pelajaran di kelas.
B. Prinsip-prinsip
Penggunaan Variasi Mengajar
Prinsip-prinsip
tersebut adalah variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dalam memggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua
jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan
komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar,
dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan
guru.
Jadi penggunaan
variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena variasi ini
memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari
siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu umpan balik tingkah laku yang menyangkut
perhatian dan keterlibatan siswa dan umpan balik informasi tentang pengetahuan
dan pelajaran.
C.
Komponen-komponen
Variasi Mengajar
Dalam mengajar
hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya
tersebut, akan menjadiakan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar
guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
1.
Pemusatan
perhatian
Memang menarik
perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang
banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni:
a.
Perhatian
seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru
yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk.
b.
Perhatian
seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit.
2.
Orang
mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.
3.
Kesenyapan
atau kebisuan guru (teching silence)
Kesenyapan
adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba dari pihak guru ditengah-tengah
menerangkan sesuatu.
4.
Kontak
pandang
Bertemunya
pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika
atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara
mereka.
5.
Model-model
belajar
Dalam
melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami
gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat
dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar siswa ada tiga macam
yaitu:
a.
Visual
Bagi pelajar
visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan gambaran keseluruhan
(melakukan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas.
Ciri-ciri pelajar visual: Teratur, memperhatikan segala sesuatu, Mengingat
dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya
b.
Auditorial
Bagi pelajar
auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat
menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan
kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-ciri
siswa auditorial adalah: Perhatiannya mudah terpecah, Berbicara dengan pola
berirama, Belajar dengan cara mendengar, Berdialog secara internal dan
eksternal.
c.
Kinestetik
Bagi pelajar
kinestetik, belajar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan
aktifitasnya, jadi mereka cenderung pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa
kinestetik adalah: Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca,
Mengingat sambil melihat langsung.
Disini guru
dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan
metode eksperimen, bahasa tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik
perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.
KELOMPOK VIII
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata, yaitu “pengelolaan”
dan “kelas”.
Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan
akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen
adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi
Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Ada beberapa Pengertian
pengelolaan kelas menurut para ahli.
Menurut
Suharsimi Arikunto pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan penanggung
jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga
dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Menurut Made
Pidarta pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang
tepat terhadap problema dan situasi kelas. Sedangkan menurut Hadari pengelolaan
kelas adalah kemampuan guru dalam pendayagunaan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Jadi, bisa kita
ambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang
sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta
menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan
proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga
tercapai tujuan pembelajaran.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Suharsimi Arikunto
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.
Hal ini bertujuan untuk
memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
Sedangkan Menurut Ahmad, tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.
Menghilangkan berbagai
hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.
Menyediakan dan mengatur
fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4.
Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
C. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan
Kelas
Lahirnya interaksi yang optimal tergantung
dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai
pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.
Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah
menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan
adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
2. Pendekatan
Ancaman
Dari pendekatan ancaman
atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik.
3. Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan diartikan
secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan
Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi
satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas.
5. Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan ini
didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan
akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik dan memecahkan masalah
itu bila tidak bisa dicegah.
6. Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya,
pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku
anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang
baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan
perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi
behavioral.
1.
Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan
antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi
hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru
merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
8. Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini,
peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan
kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang
produktif, selain itu guru harus pula
dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9. Pendekatan
Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada
potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan
elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien.
D. Prinsip – Prinsip Dalam
Pengelolaan Kelas
Penting bagi guru untuk mengetahui dan
menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan adalah sebagai
berikut:
1.
Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses
belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas
2.
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja
atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.
Bervariasi
Penggunaan alat atau
media atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak
didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang di
sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.
Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.
Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam
mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan
menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.
6.
Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari
pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut
disiplin atau berdisiplin dalam segala hal.
E.
Komponen- Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen-komponen, sebagai
berikut.
1. Menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran
yang optimal
Menciptakan
dan memelihara iklim pembelajaran yang optimal berkaitan dengan kemampuan guru
dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran. Berikut hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mencapainya.
a)
Menunjukkan sikap tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan
ketidakterlibatan peserta didik terhadap tugas-tugas di kelas. Tanggapan yang
dilakukan guru dapat berupa:
1).
Gerak mendekati
Gerak
guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan,
minat, dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa.
2). Memandang secara saksama
Memandang
secara saksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang serta
interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru.
3).
Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan siswa
Bila
terdapat siswa yang menimbulkan gangguan dalam kelas, guru dapat memberikan
teguranTeguran haruslah diberikan pada saat dan sasaran yang tepat sehingga
dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.
4). Memberikan
pernyataan
Tanggapan
dan komentar sebagai pernyataan guru terhadap apa yang dikemukakan
peserta didik sangat penting guna lebih meyakinkan peserta didik akan
pendapatnya tersebut.
b)
Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan agar kegiatan
peserta didik dalam belajar dapat dipertahankan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara berikut.
1).
Menuntut tanggung jawab siswa.
Hal ini
berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang
dilakukan oleh peserta didik serta keterlibatan peserta didik dalam
tugas-tugas.
2). Menyiagakan
siswa
Maksudnya
ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan
materi pokok dengan tujuan untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.
c)
Memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang langsung dalam waktu yang sama
akan menciptakan pengelolaan kelas yang efektif. Memberi perhatian dapat
dilakukan dengan dua cara seperti berikut.
1).
Visual yaitu dengan mengalihkan pandangan dari satu
kegiatan kepada kegiatan lain dengan melakukan kontak pandang,
baik secara kelompok maupun indivisual
2).
Verbal yaitu dengan memberikan komentar, penjelasan,
pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas seorang peserta.
d)
Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan singkat sehingga tidak terjadi
kebingungan pada peserta didik.
f)
Memberi penguatan-penguatan, baik terhadap peserta didik yang mengganggu maupun
yang bersikap wajar.
Keterampilan
yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
Apabila guru harus mengadakan perbaikan
terhadap tingkah laku siswa yang secara terus menerus menimbulkan gangguan terhadap
proses pembelajaran, guru dapat melakukannya dengan cara-cara berikut:
a)
Modifikasi perilaku
Guru sebaiknya mengadakan analisis tingkah laku
siswa yang mengalami masalah atau kesulitan sebelum memodifikasi tingkah laku
tersebut. Modifikasi tingkah laku dapat dilakukan dengan cara:
1). Meningkatkan perilaku yang baik dengan
pemberian penguatan secara sistematis;
2). Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan
pembiasaan;
3). Mengurangi perilaku buruk dengan pemberian
hukuman.
b) Guru
dapat mengadakan pengelolaan kelompok dengan cara:
1) Mengusahakan
terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas;
2) Memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok dengan menangani konflik yang timbul
c)
Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk
mengendalikan tingkah laku salah yang muncul dan mengetahui sebab-sebabnya
serta berusaha untuk menemukan pemecahannya, yaitu dengan:
1) Menghilangkan
ketegangan dengan humor mengabaikan yang direncanakan;
2) Mengadakan
campur tangan dengan isyarat;
3) Mengakui
perasaan negatif peserta didik
4) Mengekang
secara praktik
5) Menjauhkan
benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi;
Agar dapat mengelola kelas dengan efektif,
perlu dihindari hal-hal yang akan menimbulkan gangguan proses pembelajaran,
yaitu sebagai berikut.
1).
Campur tangan guru yang berlebihan
Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung
hendaknya guru tidak melakukan kegiatan atau mengatakan sesuatu yang akan
mengganggu peserta didik.
2).Kesenyapan
Kesenyapan yang terjadi dalam bentuk diam yang
terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran
akan mengakibatkan pikiran peserta didik mengawang-awang, melantur, dan
mengganggu keefektifan.
3).Penyimpangan
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan
atau bahan tertentu memungkinkan terjadinya penyimpangan. Penyimpangan tersebut
dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
4).Bertele-tele
Pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang
hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran
yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang akan membuat peserta
didik tidak fokus pada permasalahan yang dibicarakan guru.
KELOMPOK IX
PEMBAHASAN
A.
Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Indikator
kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar
atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan
kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka
keberhasilan proses belajar-mengajar.
Keanekaragaman masalah perilaku siswa yang
menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah :
1.
Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok
dan pertentangan jenis kelamin.
2.
Tidak ada standar perilaku dalam bekerja
kelompok.
3.
Reaksi negative terhadap anggota kelompok.
4.
Reaksi mentoleransi kekeliruan-kekeliruan.
5.
Mudah mereaksi perilaku negative / terganggu.
1)
Jenis masalah dalam
Pengelolaan Kelas
Ada dua jenis masalah
pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individu
dan yang bersifat kelompok.
a.
Masalah yang bersifat Individual.
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa
tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.
b.
Masalah bersifat
kelompok.
Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam
kaitannya dengan pengelolaan kelas:
2)
Kekurang-kompakan
Kekurang-kompakan
kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para
anggota kelompok. Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok.
3)
Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok
terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota
kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang
menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok.
Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu
untuk mengikuti kemauan kelompok.
4)
Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku
yang menyimpang
Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku
yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung
anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada
umumnya.
Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang
dari ketentuan yang telah ditetapkan
5)
Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan
tingkah laku agresif atau protes
Masalah kelompok yang paling rumit ialah
apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik
hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.
6)
Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar
terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain.
7) Cara menghadapi masalah pengelolaan
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan oleh guru, antara lain:
a.
pendekatan
pengubahan tingkah laku,
b.
pendekatan
iklim sosio-emosional,
c.
pendekatan
proses kelompok
d.
pendekatan
elektis, Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, seorang guru dapat
menggunakan lebih dari satu pendekatan.
B.
Penataan Ruang Kelas dan Pengaturan Siswa
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell yaitu:
1.
Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility
artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu
pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau
kegiatan yang sedang berlangsung.
2.
Accesibility
(mudah dicapai)
Penataan ruang
harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran.
3.
Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang
di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
4.
Kenyamanan
Kenyamanan
disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.
Keindahan
Prinsip
keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan
dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan
dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.
Menciptakan
suasana belajar yang menggairahkan perlu memeperhatikan peraturan atau
penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan belajar hendaknya
memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan anak didik
bergerak secara leluasa.
Pengaturan tempat duduk sisiwa.
a)
Tempat Duduk Siswa
Pengaturan bangku dapat dilakukan secara
fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan pengajaran
yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar semua siswa mampu menangkap
pelajran yang diberikan dengan merata, seksama, menarik, tidak monoton, dan
mempunyai sudut pandang bervariasi terhadap pelajaran yang tengah dikuti.
Contoh formasi bentuk bangku sebagai berikut:
1.
Formasi Tradisionala (Konvensional)
Formasi konvenssional adalah formasi yang biasa
kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi.
2.
Formasi Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran
alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan
lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba
untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara
konvensional (tradisional).
3.
Formasi Cevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu
dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru,
sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan
kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas.
4.
Formasi Kelas bentuk Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan
mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk
mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan
bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung,
sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
5.
Formasi Meja Pertemuan
Formasi meja pertemuan biasanya diseenggarakan
di tempat-tempat pertemuan dan seminar, baik di hotel maupun gedung pertemuan.
Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok, dimana setiap kelompok tersebut mempunyai meja pertemuannya
sendiri-sendiri.
b) Pengaturan Alat-Alat Pengajaran dalam kelas adalah:
Alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur
sebagai berikut:
a.
Perpustakaan kelas
b.
Alat – alat peraga media pengajaran
c.
Papan tulis, kapur tulis, dll
d.
Papan resensi siswa
1. Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.
hiasan dinding (panjang kelas) hendaknya
dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran.
b.
penempatan lemari
c.
pemeliharaan kebersihan
2. Ventilasi dan tata cahaya
a.
Ada ventilasi yang sesuai dengan ruang kelas
b.
Sebaiknya tidak merokok
c.
Pengaturan adanya perlu diperhatikan
d.
Cahaya yang masuk harus cukup.
C.
Pengelolaan
Kelas yang Efektif
Perbedaan ini perlu guru
pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut
Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Kelas adalah kelompok
kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas
dan diarahkan guru.
2.
Dalam situasi kelas, guru
bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau
kelompok.
3.
Kelompok mempunyai
perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu
dalam kelompok itu.
4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota.
5. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa.