Sabtu, 14 Juni 2014

Perencanaan dan Desain Pembelajaran PAI

Nama                          : Urvia Oktarosa
NIM                            : 12210263
Matakuliah                : Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Dosen Pengampu      : Muhammad Isnaini, M. Pd. I

Merancang Analisis Kebutuhan
A.    Pengertian Analisis Kebutuhan
Dalam konteks kurikulum, John MC-Neil (1985) mandefenisikan need assesement adalah proses menentukan prioritas kebutuhan pendidikan. Selanjutnya sejalan dengan McNeil,  Seels dan Glasgow mendefenisikan kebutuhan adalah kesenjangan (discrepncies) antara apa yang telah tersedia dengan apa yang diharapkan, dan need assesement adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
Kegiatan melaksanakan need assasement merupakan suatu kegiatan yang pertama kali harus dilakukan dalam setiap model desain sistem instruksional.
B.     Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Sebagai suatu proses, need assesement terdiri atas rangkaian kegiatan yang diawali oleh kegiatan mengumpulkan informasi dan berakhir pada perumusan masalah.
1.      Tahapan Pengumpulan Informasi
Witkin (1984) mendefenisikan analisis kebutuhan, sebagai proses membuat keputusan dengan memanfaatkan informasi yang dikumpulkan. Untuk lebih mudahnya ada tiga hal yang dapat diingat dalam proses perencanaan pengumpulan data yaitu:
a.       Apa yang ingin anda ketahui?
b.      Bagaimana yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data itu?
c.       Siapa yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses pengumpulan data itu?
Persoalan mengenai Scope dari need assessement meliputi tahapan-tahapan pelaksanaan, penentuan sumber, dan penjadwalan. Persoalan mengenai jenis informasi yang dibutuhkan meliputi fakta atau pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, sikap dan pandangan, serta tingkat hubungan.
2.      Tahapan Identifikasi Kesenjangan
Dalam mengidentifikasi kesenjangan Kaufman dan English (1979), menjelaskan adanya lima elemen yang terkait. Dua elemen pertama, yaitu input dan proses adalah bagaimana mengunakan setiap potensi dan sumber yang ada; sedangkan elemen terakhir meliputi produk, output dan outcame merupakan hasil akhir dari suatu proses.
Komponen input, meliputi kondisi yang tersedia pada saat ini misalnya tentang keuangan, waktu, bangunan, guru, pelajar, kebutuhan, problem, tujuan, materi kurikulum yang ada. Komponen proses, meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan atas pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan kompetensi, perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan komponen yang berlaku. Komponen produk, meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi. Komponen output, meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi. Komponen outcame merupakan hasil akhir yang diperoleh. Melalui analisis hasil, desainer dapat menetukan sejauh mana hasil yang diperoleh dapat berkontribusi pada pencapaian tujuan.
3.      Analisis Performance
Analisis performance meliputi beberapa hal dia antaranya:
a.       Mengidentifikasi guru. Menganalisis performance guru tidak terbatas pada penguasaan materi pembelajaran saja, akan tetapi juga terhadap keterampilan dalam mengelola pembelajaran.
b.      Mengidentifikasi sarana dari kelengkapan penunjang. Sistem pendidikan cenderung akan efektif manakala didukung oleh ketersediaan fasilitas sebagai sumber pendukung.
c.       Mengidentifikasikan berbagai kebijakan sekolah.
d.      Mengidentifikasikan iklim sosial dan iklim psikologis. Iklim sosial adalah hubungan yang baik antara semua unsur sekolah, sedangkan iklim psikologis suasana kebersamaan antara semua unsur sekolah.


4.      Mengidentifikasi Kendala Beserta Sumber-sumbernya
Berbagai kendala dapat meliputi waktu, fasilitas, bahan, pengelompokkan dan komposisinya, pilosofi, personal, dan organisasi. Sumber-sumber kendala bisa bersal dari pertama, orang yang terlibat dalam suatu program pembelajaran. Kedua, fasilitas yang ada, di dalamnya meliputi ketersediaan fasilatas dan kelengkapan fasilitas serta kondisi fasilitas. Ketiga, berkaitan dengan jumlah pendanaan beserta pengaturannya.
5.      Identifikasi Karakteristik Siswa
Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan berbagai problema yang dihadapi siswa, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan siswa adalah bagian dari need assessement. Identifikasi yang berkaitan dengan siswa di antaranya adalah tentang usia, jenis kelamin, level pendidikan, tingkat sosial ekonomi, latar belakang, gaya belajar, pengalaman dan sikap. Hal ini seperti diungkapkan McGowan dan Clark (1985), strategi pembelajaran yang digunakan akan berbeda untuk siswa yang kemampuan berpikirnya lebih dibandingkan untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah.
6.      Identifikasi Tujuan
Terdapat beberapa teknik dalam menentukan skala prioritas dari data yang telah terkumpul. Misalnya teknik perengkingan meliputi teknik Delphi, Fokus Group Discission, Q-Sort, dan Storyboarding. Teknik-teknik ini digunakan untuk menjaring berbagai tujuan yang dianggap perlu melalui penilaian para ahli yang terlibat pada diskusi.
7.      Menentukan Permasalahan
Salah satu format yang sederhana dikembangkan oleh Jung, Pino dan Emory (1979), yang dinamakan dengan RUPS (Research Utilizing Problem Solving). Tujuan RUPS adalah merumuskan latar belakang dan konteks permasalahan, bagaimana tipe permasalahan dan memberikan tujuan berdasarkan permasalahan untuk dikembangkan.
C.     Sumber Analisis Kebutuhan
Secara umum ada dua jenis analisis kebutuhan, yakni analisis kebutuhan akademis dan nonakademis.
1.      Analisis Akademis
Analisis kebutuhan akademis adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  (KTSP). Kompetensi yang harus dicapai oleh KTSP tercermin dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (SI dan SKL) sabagai standar kemampuan minimal yang harus dicapai.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab V Pasal 26 dijelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kpribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, sarta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjutan sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
2.      Analisis Kebutuhan Nonakademis
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1, menjelaskan bahwa daerah dapat mengembangkan kurikulim muatan lokal, yakni kurikulum yang memiliki kekhasan sesuai dengan kebutuhan daerah, serta aspek pengembangan diri sesuai dengan minat siswa. Selanjutnya ayat 2, menjelaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Atas dasar itulah, dalam proses pengembangan desain pembelajaran sekolah memiliki ruang yang cukup luas untuk mengembangkan isi kurikulum sesuai kebutuhan siswa, potensi, dan karakteristik daerah masing-masing
Jadi kebutuhan non akademis yakni berbagai kebutuhan yang berkenaan dengan potensi minat dan bakat setiap siswa sesuai dengan tuntutan masyarakat. Tujuan menganalisis kebutuhan non akdemis adalah untuk menjaring berbagai kepentingan dan tuntutan masyarakat yang perlu dikembangkan oleh sekolah untuk dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya, agar mereka dapat hidup di masyarakat.

Referenasi: Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Design Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2008.


Sekapur Sirih dari Pembuat Blog

Assalamualaikum, wr. wb

Ini pengalaman pertama saya membuat blog. rasanya senang sekali. mudah-mudahan blog ini bisa bermanfaat. sebenarnya saya itu terinspirasi dari seorang penulis muda kak "Raditya Dika" -Love you kak Radith- hihi, dan sebenarnya saya itu pengen buat judul blog mengenai hari-hari saya, tapi domainnya tidak sesuai jadi saya buat saja sesuai dengan bidang studi kuliah saya. meskipun nantinya lebih banyak tentang hari-hari saya, mudah-mudahan tidak mengurangi esensi dari judul blog saya :)

cita-cita saya itu menjadi dosen sekaligus penulis, pengennya jadi penulis novel. tapi kalau nantinya jadi penulis buku ilmu pengetahuan itu juga lebih baik. guna mengekpresikan dan menyalurkan hobi saya mencoret-coret ini, makanya saya mencoba untuk membuat blog ini. :)

kalau nantinya isi blog saya kurang sesuai, mohon kepada pembaca untk memberi kritik dan sarannya, yah..
namanya juga pemula, jadi wajar kalau banyak kekurangan. dan semoga Tuhan selalu merahmati kita semua..

yah, buat teman-teman selamat menikmati tulisan-tulisan saya. hehehe

Wassalamualaikum, wr. wb

Pengelolaan Pembelajaran semester IV

Nama                           : Urvia Oktarosa
Nim                             : 12210263
Matakuliah                  : Pengelolaan Pembelajaran
Dosen pengampu        : Zuryati, M. Pd. I

KELOMPOK I
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengelolaan Pembelajaran.
Pengelolaan itu berakar dari kata “kelola” dan istilah lainnya yaitu “manajemen” yang artinya ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang artinya ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi atau lebih. Jadi pembelajaran ialah proses kegiatan mencari informasi (dalam mencari ilmu).
Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas.
Menurut Sudjana (1988) pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sisitematis. Hal ini berarti pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan komponen-komponen tujuan, bahan, metode atau teknik, serta evaluasi atau penilaian.
Dengan demikian, pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata lain, pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.

B.      Hakikat Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan pengajaran pada hakikatnya mengacu pada suatu upaya untuk mengatur/mengendalikan/memanajemeni aktivitas pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan pengajaraan sehingga tercapai lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi, dan perencanaan, diakhiri dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik.
C.    Konsep-konsep dan prinsip-prinsip Pengajaran
a.       Konsep-konsep pengajaran
Konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa, atau fenomena lainnya atau suatu gagasan/
ide yang relatif sempurna dan bermakna. Dalam hal ini konsep pengajaran yang memiliki pokok-pokok umum, dan dasar sistem pengajaran. Adapun pokok-pokok umum sebagai berikut :
(a)    Metodik Khusus.
berasal dari kata “metode” yang berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yaitu suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan menguasai bahan pelajaran.
(b)   Didaktik, dan hubungan dengan Metodik.
Didaktik sebagai dari pedagogik atau berarti ilmu mengajar yang didasarkan atas prinsip kegiatan penyampaian bahan pelajaran sehingga bahan pelajaran itu dimiliki oleh peserta didik (yang dapat meningkatkan minat, motivasi, dan mengaktifkan siswa atau tidak).
b.      Prinsip-prinsip Pengajaran.
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peran seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Pengajaran yang hanya ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, pada hakikatnya disebut mengajar. Demikian juga bila pengajaran, dimana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan guru untuk mengelolah secara baik dan terarah, maka disebut belajar. Jadi, sekali lagi pengajaran itu merupakan perpaduan aktivitas mengajar dan belajar. Prinsip-prinsip pengajaran sangat berkaitan dengan segala komponen pengajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pengajaran, apa, mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam pengajaran. Adapun prinsip-prinsip pengajaran itu meliputi :
a. Prinsip aktivitas
b. Prinsip motivasi
c. Prinsip individualistis
d. Prinsip konsentrasi
e. Prinsip kebebasan
f. Pinsip peragaan
g. Prinsip kerja sama dan persaingan
h. Prinsip apersepsi
i. Prinsip korelasi (saling berkaitan).
j. Prinsip efisiensi dan efektivitas
k. Prinsip globalits, bahwa keseluruhan adalah titik awal pengajaran.
l. Permainan dan hiburan.
D. Pendekatan Belajar-Mengajar.
Pendekatan (approach) pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat  dari  pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,  yaitu: 
1.         Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau  berpusat  pada  siswa  (student  centered  approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
2.         Pendekatan  pembelajaran  yang  berorientasi  atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

Adapun jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran secara terperinci, antara lain:
1.    Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.

2.    Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.

3.    Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.


4.    Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.

5.    Pendekatan Keagamaan
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.

6.    Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.

KELOMPOK II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Belajar Mengajar
           Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti ‘melalui’ dan hodos berarti ‘jalan’. Dengan  demikian  metode  berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan. Adapun kata ‘metodologi’ berasal dari kata ‘metoda’ dan ‘logi’. Logi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan.
Al-Thoumi Al-Syaibani mengemukakan beberapa pendapat para ahli pendidikan yang memberikan definisi tentang metode, sebagai berikut:
1.      Athiyah al-Abrasyi mengemukakan metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam segala mata pelajaran.
2.      Abd. Ar-Rahim Ghunaimah mengatakan metode sebagai cara-cara yang di ikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik.
3.      Edgar Bruce Wetsley mengemukakan metode adalah kegiatan terarah dari guru dalam proses pembelajaran, hingga pembelajaran menjadi berkesan.
    Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa metode pendidikan adalah cara yang sistematis yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.    
     Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.    Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
b.    Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
c.    Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
d.   Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
e.    Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran
   Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan dalam kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa metode mengajar.
1)   Metode Cerita (Kisah)
Metode kisah adalah satu cara dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Akan tetapi dalam Islam yang berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadits membuktikan tidak ada kisah bohong, karena  Islam  selalu bersumber dari dua sumber yang dapat dipercaya. Sehingga cerita yang ada terjamin keshahihannya dan keabsahannya.
  Metode kisah diisyaratkan dalam al-Qur’an: “Kami menceritakan kepadamu kisah  yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum (aku mewahyukan)  adalah termasuk orang-orang yang lalai”. (QS.Yusuf: 3)
Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa kisah yang ada dalam al-Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai pendidikan.
2)   Metode Ceramah
Metode ceramah bergantung kepada kualitas personalities guru, yakni suara, gaya bahasa, sikap, prosedur, kelancaran, kemudahan bahasa, dan keteraturan guru dalam memberi penjelasan yang tidak dapat dimiliki secara mudah oleh setiap guru.
     Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa agar siswa efektif dalam proses  belajar mengajar yang menggunakan metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan  keterampilan  berpikir  untuk memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya secara sistematis.
    Dari definisi metode ceramah diatas, dapat kiranya kita mendefinisikan metode ceramah sebagai sebuah bentuk interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik. Berdasarkan definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika guru akan menjadi pusat tumpuan keberhasilan metode ceramah.
a.    Tahap Metode Ceramah
  Pada tahap ini penceramah atau guru menyajikan isi pelajaran yang telah diorganisasikan sebelumnya. Faktor-faktor yang hendaknya menjadi perhatian guru pada tahap pengembangan ceramah, ialah:
1.        Keterangan secara singkat dan jelas.
2.        Pergunakan papan tulis. Sebagai upaya visualisasi, pokok-pokok masalah yang diterangkan perlu ditulis di papan tulis dengan jelas dan tertib.
3.        Keterangan-ulang dengan menggunakan istilah atau kata-kata lain yang lebih jelas.  
4.        Mengatur alokasi waktu ceramah.

Metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a)      Kelebihan Metode Ceramah
1.      Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.
2.      Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan  pengelompokkan murid-murid seperti pada metode yang lain.
3.      Guru dapat menguasai seluruh  kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup besar.


b)      Kekurangan Metode Ceramah
1.      Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2.      Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.      Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
3)   Metode Diskusi
   Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.
  Metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang membincangkan suatu  topik  atau  masalah  yang  dilakukan  oleh  dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa dan siswa lain). Secara terperinci tujuan pemakaian metode diskusi yaitu sebagai berikut :
a)      Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa.
b)      Mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari,
c)      Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif.
d)     Meningkatkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat.
e)      Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.  
    Dari tujuan pemakaian metode diskusi, maka dikemukakan bahwa pemakaian metode diskusi tidak hanya sekedar untuk menyampaikan informasi kepada para siswa. Hal yang penting dari penyampaian informasi adalah terbentuknya  kondisi  yang menguntungkan bagi siswa untuk mengelola perolehan belajarnya.
     Ada beberapa kelebihan dan kekurangan metode diskusi, manakala diterapkan kegiatan belajar mengajar yaitu sebagai berikut :
a.       Kelebihan Metode Diskusi
1.    Metode diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
2.    Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
3.    Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
b.      Kelemahan Metode Diskusi
1.      Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
2.      Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3.      Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
4)   Metode Kelompok
  Istilah kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. Selain itu, kerja kelompok  juga ditandai dengan adanya tugas bersama, pembagian tugas dalam kelompok, dan adanya kerja sama antara anggota kelompok dalam penyelesaian tugas kelompok.
Metode kerja kelompok digunakan dalam proses belajar-mengajar dengan tujuan yaitu sebagai berikut :
a)        Memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara para siswa.
b)        Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan intelektual para siswa dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakan.
c)        Meningkatkan perhatian terhadap proses dan hasil dari proses belajar-mengajar secara berimbang.
     Metode  kelompok  mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.   Kelebihan Metode Kelompok
1.    Ditinjau dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid akan meningkatkan kualitas kepribadian, seperti: kerjasama, toleransi, kritis, disiplin dan sebagainya.
2.    Ditinjau dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang positif, karena anak-anak lebih giat bekerja dalam kelompok masing-masing.
3.    Ditinjau dari segi didaktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam rangka memenangkan “Kompetisi” antara kelompok.
b.   Kekurangan Metode Kelompok
1.      Metode kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit apabila dibandingkan dengan metode yang lain; misalnya metode ceramah.
2.      Apabila terjadi persaingan yang negatif, hasil pekerjaan akan lebih memburuk.
3.      Bagi anak-anak yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi kelompok itu, sehingga usaha kelompok itu akan gagal.
5)   Metode Campuran
   Metode  campuran  atau  Electic Methods dapat diartikan campuran, kombinasi (metode-metode pilihan). Metode  electic  yaitu  cara  menyajikan bahan pelajaran di depan kelas dengan melalui macam-macam kombinasi beberapa metode, misalnya metode ceramah dengan metode diskusi bahkan dengan metode demonstrasi sekaligus  diterapkan dalam suatu kondisi pengajaran. Oleh karena itu, metode ini campuran dari unsur-unsur yang terdapat dalam metode-metode.
6)   Metode Demontrasi dan Eksperimen
  Metode demostrasi atau  praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Akan tetapi metode demonstrasi memerlukan waktu yang cukup banyak, dan keterampilan guru dalam mendemonstrasikan materi yang diajarkan, sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman peserta didik.

7)   Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
   Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
8)      Metode Karyawisata
   Pada saat  belajar  mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk  belajar  atau  memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya.
Metode karyawisata mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.     Kelebihan metode karyawisata
1.      Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern, yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2.      Membuat  apa  yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kanyatan dan kebutuhan di masyarakat.
3.      Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa.
4.      Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luasa dan aktual.
                                                                                         
b.    Kekurangan metode karyawisata
1.        Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.
2.        Saat memerlukan persiapan atau perencaaan yang matang.
3.        Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata
4.        Dalam karya wisata sering unsur rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama , sedang unsur studinya menjadi terabaikan.
9)      Metode Tanya Jawab
    Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk  pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.  Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah.
 Metode tanya  jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.    Kelebihan metode tanya jawab
1.        Pertanyaan dapat menarik dan padat memusatkan perhatian siswa sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengatuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
2.        Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingat.
3.        Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
b.    Kekurangan metode tanya jawab 
1.        Siswa merasa takut apalagi bila guru dapat mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab.
2.        Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami  siswa.
3.        Waktu sering banyak terbuang terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4.        Dalam jumlah siswa yang banyak tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
10)  Metode Latihan
     Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
  Metode Latihan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a.     Kelebihan metode latihan
1.      Untuk  memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis , melafalkan huruf, kata-kata  atau  kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olah raga.
2.      Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya
3.      Untuk  memperoleh  kecakapan  dalam  bentuk asosiasi yang dibuat, seperti  hubungan  huruf-huruf  dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.
4.      Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
5.      Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya.
b.        Kelemahan metode latihan
1.      Menghambat bakat dan inisiatif siswa,karena siswa lebih banyak dibawah kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2.      Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.      Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
4.      Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis dapat menimbulkan ferbalisme.
5.      Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
6.       
KELOMPOK III
PEMBAHASAN
Teknik-Teknik Belajar Mengajar
A.    Pengertian Teknik-Teknik Belajar Mengajar
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberi batasan bahwa tehnik adalah “cara (kepandaian) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni (Moeliono,1990:915). Belajar  Mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif maksudnya mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Jadi Teknik belajar mengajar merupakan cara seseorang guru dalam mendidik anak untuk mencapai tujuan yang diingkan.
Kegunaan teknik-teknik belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1.      Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap dalm satu kesatuan.
2.      Membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.
3.      Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
B.     Macam-Macam Teknik-Teknik Belajar Mengajar
1.    Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah. Di dalam diskusi proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
2.    Teknik Kerja Kelompok
Teknik ini ialah salah satu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama.
3.    Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
4.        Teknik Simulasi
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah peer-teaching, sociodrama, psikodrama, simulasi game dan role playing.
5.    Unit teaching
Unit teaching sebagai teknik mengajar mempunyai pengertian yang khusus ialah teknik ini memberi kesempatan siswa belajar secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai cara belajar secara unit.
Teknik unit teaching ini memiliki keunggulan karena murid dapat belajar secara keseluruhan yang bulat, sehingga hasil pelajarannya menjadi lebih berarti baginya, lebih  luas mendalam dan bulat. Sedangkan Kelemahannya ialah untuk merencanakan unit tidak mudah, memerlukan seorang ahli yang betul-betul menguasai masalah, karena semua masalah belum tentu dapat dijadikan unit.
6.    Micro Teaching
Mikro teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya dikecilkan atau disederhanakan.
Dapat kiranya disimpulkan bahwa micro teaching adalah suatu latihan mengajar permulaan bagi guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat dilaksanakan dalam lingkungan teman-teman, setingkat sendiri atau sekelompok murid-murid di bawah bimbingan dosen pembimbing atan dibawah bimbingan Guru Pamong.
7.        Teknik Sumbang Saran (Brain-Storming)
Brain storming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.
8.        Inquiry
Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
9.        Eksperimen
Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Tujuan teknik ini adalah agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
10.    Demonstrasi
Teknik lain yang hampir sejenis dengan eksperimen ialah demonstrasi. Tetapi siswa tidak melakukan percobaan hanya melihat saja apa yang dikerjakan guru. Jadi demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses.
11.  Teknik penyajian kerja lapangan
Yang dimaksud dengan teknik penyajian kerja lapangan ialah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat diluar sekolah, yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun aktif/berpartisipasi ke lapangan kerja, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja di dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.
13). Teknik pemberian tugas atau resitasi
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi atau keseluruhan.
KELOMPOK IV
PEMBAHASAN
A.     Keberhasilan Belajar Mengajar.
1)      Pengertian Keberhasilan.
Pengertian keberhasilan merupakan suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai.
2)      Indikator Keberhasilan.
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
a.       Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b.      Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
3)      Penilaian Keberhasilan.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut.
1.      Tes Formatif.
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap anak didik terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses balajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2.      Tes Subsumatif.
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu, bertujuan untuk memperoleh gambaran daya serap anak didik untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar anak didik. Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3.      Tes sumatif.
Tes ini dilakukan untuk mengukur daya serap anak didik terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau dua tahun pelajaran.

B.      Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstrern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
a)      Faktor-faktor Intern
Didalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
a.       Faktor Jasmaniah.
1)      Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seorang berpengaruh terhadap belajarnya.
2)      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
3)      Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar.
4)      Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
5)      Perhatian.
Menurut Gazali perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
6)      Minat.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
7)      Bakat.
Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
8)      Motif.
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai.
9)      Kematangan.
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
10)  Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh.
Kesiapan adalah kesediaan untuk member response atau bereaksi.
b)     Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor:


a)      Faktor Keluarga.
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b)      Faktor Sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c)        Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
C.     Faktor- faktor yang mempengaruhi Keberhasilan mengajar
Berbagai faktor yang dimaksud adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi. Berbagai faktor tersebut akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
1.        Faktor Tujuan.
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkah laku, kemampuan/kompetensi yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses pembelajaran
Menurut Arikunto “Untuk mencapai hasil yang optimal, tujuan pembelajaran khusus harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga bersifat sangat khusus, hanya menunjukan satu pengetahuan atau ketrampilan saja. Berpusat kepada siswa, artinya menunjuk langsung kepada kepentingan siswa, menunjuk pada situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan tersebut dapat tercapai serta menunjuk pada tingkat atau nukuran yang telah ditentukan”.
Dari rumusan tujuan pembelajaran khusus diatas dapat dijabarkan kedalam komponen tujuan pembelajaran, menurut Sunhaji ada beberapa komponen-komponen tujuan pembelajaran yaitu: “ Siswa atau perfomer, tingkah laku atau perbuatan, kondisi dan kriteria”
a.       Siswa atau Perfomer.
b.      Tingkah laku atau perbuatan.
c.       Kondisi. Kondisi disini adalah syarat-syarat atau keadaan, suasana yang meliputi perbuatan itu.
d.      Kriteria. Kriteria merupakan keterangan dari komponen kondisi, sebagai tuntutan minimal dan merupakan standar pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan.
Karena sebagai pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam setiap kali belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajaran. Akhirnya tujuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2.      Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
Setiap guru mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. .
3.      Anak Didik.
Anak didik adalah orang yang sengaja datang ke sekolah, orang tuanya yang memasukkannya untuk didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup besar.


4.      Kegiatan Pengajaran.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh siswa, salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu:
a. Gaya mengajar guru, Menurut Muhammad Ali, ada empat macam gaya mengajar yaitu:
1)  Gaya mengajar klasik,
2)  Gaya mengajar teknologis,
3)  Gaya mengajar personalisasi
4)  Gaya mengajar interaksional
b. Pendekatan guru
1)   Pendekatan individual
Guru berusaha memahami anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya
2)   Pendekatan kelompok
Berusaha memahami anak didik sebagai mahluk sosial. Perpaduan kedua pendekatan ini akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
c.    Strategi penggunaan metode.
Penggunaan strategi belajar dapat digunakan lebih dari satu metode pengajaran misalnya penggunaan metode ceramah dengan metode tanya jawab.
5.      Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan atau evaluasi. Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak didik. Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang sudah diprogramkan dan harus sudah selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan item-item soal evaluasi.
Alat evaluasi yang digunakan biasanya dalam bentuk tes dan non tes. Non tes bisa dalam bentuk pengamatan proses pembelajaran, sedangkan tes hasil belajar menurut Asmawi Zainul “ Tes hasil belajar adalah alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam proses belajar mengajar atau pendidikan” .
Begitu juga dalam hal penilaian, walaupun ada standar penilaian, sikap objektifitas guru sangat bengaruh dalam penilaian.
6.      Suasana Evaluasi
Faktor suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah:
a.         Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
b.         Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing.
c.         Besar sedikitnya anak didik dalam kelas.
d.        Berlaku jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut.
e.         Sikap pengawas yang berlebihan.

Semua hal tersebut mempengaruhi suasana evaluasi, pengelompokan anak didik dalam jumlah besar, sangat mempengaruhi kenyamanan, begitu juga pengacakan nomor tempat duduk, walaupun semua itu dimaksudkan untuk kejujuran anak dalam mengikuti evaluasi, agar tidak ada kerja sama atau nyontek bersama.




KELOMPOK V
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Rossi dan Breidle (1966), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Jadi media pembelajaran dapatlah dipahami bahwa media pembelajaran merupakan sarana atau alat yang digunakan (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai, efektif, efisien dan berdaya tarik.
B.       Kegunaan Media Dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, menurut Sadirman (1986) media memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1.    Memperjelas sajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis, atau lisan belaka);
2.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, seperti objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita gambar, film, atau model
3.    Dengan menggunakan media yang tepat dan bervariasi.
C.      Media Sebagai Alat Bantu Dalam Pembelajaran
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
D.      Media Sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana; di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra (1996) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan  yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik.
E.                Macam-Macam Media
            Macam-macam media dilihat dari berbagai aspek, yakni dari jenisnya, daya liputan, dan bahan pembuatannya:
1)                  Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio.
-          Media Visual
Adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar seperti foto, gambar, lukisan.
-          Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.
2)                  Dilihat dari daya liputan, media dibagi atas:
a)      Media dengan daya liput luas dan serentak
b)      Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
3)                  Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi menjadi:
c)      Media sederhana
d)     Media kompleks

F.                 Pemilihan Media Yang Tepat
Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis lebih efektif dan lebih efesien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya dikemas dengan tepat serta disajikan kepada siswa yang tepat pula. Sungguhpun demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang tepat, antara lain :
1)                  Access
            Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru/karyawan dan murid. Bahkan murid lebih penting untuk memperoleh akses.

2)                  Cost (biaya)
            Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Sebab semakin jurnal pendidikan pendayagunaan media pembelajaran banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
3)                  Technology
            Interactivity Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
4)                  Organization
            Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Yang mendukung kinerja komite sekolah.
5)                  Novelty
            Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi murid.
            Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Kemudian hakikat dari pemilihan media ini pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan.
G.                Pengembangan dan Pemanfaatan Media Sumber
Media pembelajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar mengajar.
Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana (1991) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:
1)                 Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2)                 Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
3)                 Media pembelajaran dalam pengajaran, penggunaanya integral dengan tujuan dari isi pelajaran.
4)                 Penggunaan media dalam pembelajaran bukan semata-mata alat hiburan.
5)                 Penggunaan media dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian yang dobrikan guru.
Ketika fungsi-fungsi media pembelajaran diaplikasikan ke dalam proses belajar mengajar, maka terlihatlah peranannya sebagi berikut:
a)                  Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan.
b)                 Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proes belajarnya.
c)                  Media sebagai sumber belajar siswa.
Adapun nilai-nilai praktik media pengajaran menurut Sadirman N, dkk. (1991) adalah:
a)                  Meletakkan dasar-dasar konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme.
b)                 Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas.
c)                  Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang lambat.
d)                 Karena informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam situasi dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi pada siswa.
e)                  Membangkitkan motivasi belajar siswa.
Demikian pembahasan mengenai penggunaan media dalam proses belajar mengajar ini. Untuk dapat merasakan manfaatnya, guru dapat mempergunakan dan mengembangkannya dalam proses belajar mengajar, baik di kelas maupun di luar kelas. Media yang dapat dimanfaatkan oleh guru adalah media yang sesuai dengan misi tujuan.

KELOMPOK VI
PEMBAHASAN
A.    Memancing Apersepsi Peserta Didik
Latar belakang kehidupan social peserta didik penting untuk diketahui oleh guru. Sebab dengan mengetahui dari mana peserta didik berasal, dapat membantu guru untuk memahami jiwa peserta didiknya. Pengalaman apa yang dipunyai oleh peserta didik adalah hal yang sangat membantu untuk memancing perhatian peserta didik. 
B.     Memenfaatkan Teknik Alat Bantu Yang Akseptabel
Bahan pelajaran adalah isi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran, bahan yang akan disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang mudah, sedang, sampai ke yang sukar
Adapun penggunaan alat bantu atau media adalah untuk memperjelas bahan pelajaran. Dan tujuan lain yang tak kalah penting didalam penggunaan alat bantu adalah:
1.      Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh kehadapan peserta didik.
2.      Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan cepat atau amat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana.
3.      Menampung sejumlah besar peserata didik untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama.
4.      Meningkat daya tarik pelajaran dan perhatian peserta didik.
5.      Meningkatkan sistematika pengajaran
Adapun manfaat dari penggunaan alat bantu/media dalam pembelajaran adalah:
1.      Untuk memperlancar interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2.      Proses pembelajaran menjadi lebih baik
3.      Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
4.      Jumlah waktu mengajar dapat dikurangi
5.      Meningkatkan kualitas belajar siswa

Alat bantu yang akseptabel dapat dimanfaatkan sebagai teknik yang jitu untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
C.    Memilih Bentuk Motivasi Yang Baru
Proses pembelajaran adalah suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan peserta didik. Motivasi merupakan factor yang mempunyai arti penting bagi peserta didik. Apalah artinya peserta didik pergi kesekolah tanpa motivasi dari guru untuk belajar.
Kemudian ada beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna untuk mempertahan minat peserta didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan,yaitu:
a.       Member angka, angka dimaksud sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik.
b.       Hadiah, sesuatu yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
c.       Pujian, alat motivasi yang positif.
d.      Gerakan tubuh, bentuk mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol dan lain-lain.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya apabila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Ada beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik. Antara lain:
a.       Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan pertisipasi positif. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran.
b.      Tersedia tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung.
c.       Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses pembelajaran.
Macam-macam bentuk motivasi diatas dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik dalam proses pembelajaran.
D.    Menggunakan Metode Yang Bervariasi
Metode merupakan hal yang lebih penting dari materi yang akan diajarkan. Menurut DR. Ahamad Tafsir, metode adalah cara yang paling cepat dan tepat, kata “cepat dan tepat” didini sering diungkapkan dengan ungkapan efektif dan efisien. Disini seorang guru harus memilih cara yang efektif dan efisien dalam mentransformasi dan mengembangkan pengetahuan peserta didiknya.
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran, setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode. Macam-macam metode konvesional dalam pembelajaran antara lain:
1.      Metode ceramah.
2.      Metode diskusi.
3.      Metode Tanya jawab.
4.      Metode kerja kelompok.
5.      Metode sosio-drama
6.      Metode sistim regu, Dll.
Dengan menggunakan metode diatas, maka guru akan mendapatkan umpan balik peserta didik.




KELOMPOK VII
PEMBAHASAN
A.    Pengembangan Variasi Mengajar
A.    Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah:
1.      Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar
Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa.
2.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh sering ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.

B.     Prinsip-prinsip Penggunaan Variasi Mengajar
Prinsip-prinsip tersebut adalah variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam memggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa dan umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
C.    Komponen-komponen Variasi Mengajar
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadiakan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1.      Pemusatan perhatian
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni:
a.       Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk.
b.      Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit.
2.      Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
3.      Kesenyapan atau kebisuan guru (teching silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba dari pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu.
4.      Kontak pandang
Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
5.      Model-model belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar siswa ada tiga macam yaitu:
a.       Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan gambaran keseluruhan (melakukan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Ciri-ciri pelajar visual: Teratur, memperhatikan segala sesuatu, Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya
b.      Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-ciri siswa auditorial adalah: Perhatiannya mudah terpecah, Berbicara dengan pola berirama, Belajar dengan cara mendengar, Berdialog secara internal dan eksternal.
c.       Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belajar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi mereka cenderung pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah: Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, Mengingat sambil melihat langsung.
Disini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.



KELOMPOK VIII
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitupengelolaan” dan “kelas”. Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Ada beberapa Pengertian pengelolaan kelas  menurut para ahli.
Menurut Suharsimi Arikunto pengelolaan kelas adalah usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Menurut Made Pidarta pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Sedangkan menurut Hadari pengelolaan kelas adalah kemampuan guru dalam pendayagunaan potensi kelas berupa pemberian kesempatan seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Jadi, bisa kita ambil kesimpulan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
B.  Tujuan Pengelolaan Kelas
Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
Sedangkan Menurut Ahmad, tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1.    Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.     Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.     Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4.    Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
C.  Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Lahirnya interaksi yang optimal tergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.      Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
3.      Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.
5.      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
1.      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.
8.      Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif,  selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik.
9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
D.    Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan adalah sebagai berikut:
1.    Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
2.    Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.


3.    Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang di sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.     Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.      Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.       
6.    Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin atau berdisiplin dalam segala hal.
E.     Komponen- Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen-komponen, sebagai berikut.
1.      Menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran yang optimal
Menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran yang optimal berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencapainya.
a) Menunjukkan sikap tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan ketidakterlibatan peserta didik terhadap tugas-tugas di kelas. Tanggapan yang dilakukan guru dapat berupa:
1). Gerak mendekati
Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa.
2). Memandang secara saksama
Memandang secara saksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandang serta interaksi antar pribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru.
3). Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan siswa
Bila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan dalam kelas, guru dapat memberikan teguranTeguran haruslah diberikan pada saat dan sasaran yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.
4). Memberikan pernyataan
Tanggapan dan komentar sebagai pernyataan guru terhadap  apa yang dikemukakan peserta didik sangat penting guna lebih meyakinkan peserta didik akan pendapatnya tersebut.
b) Memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan agar kegiatan peserta didik dalam belajar dapat dipertahankan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut.
1). Menuntut tanggung jawab siswa.
Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh peserta didik serta keterlibatan peserta didik dalam tugas-tugas.
2). Menyiagakan siswa
Maksudnya ialah memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok dengan tujuan untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa.
c) Memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang langsung dalam waktu yang sama akan menciptakan pengelolaan kelas yang efektif. Memberi perhatian dapat dilakukan dengan dua cara seperti berikut.
1). Visual yaitu dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan lain dengan melakukan kontak pandang, baik secara kelompok maupun indivisual
2). Verbal yaitu dengan memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas seorang peserta.
d) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan singkat sehingga tidak terjadi kebingungan pada peserta didik.
f) Memberi penguatan-penguatan, baik terhadap peserta didik yang mengganggu maupun yang bersikap wajar.
Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
Apabila guru harus mengadakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang secara terus menerus menimbulkan gangguan terhadap proses pembelajaran, guru dapat melakukannya dengan cara-cara berikut:
a) Modifikasi perilaku
Guru sebaiknya mengadakan analisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan sebelum memodifikasi tingkah laku tersebut. Modifikasi tingkah laku dapat dilakukan dengan cara:
1). Meningkatkan perilaku yang baik dengan pemberian penguatan secara sistematis;
2). Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan;
3). Mengurangi perilaku buruk dengan pemberian hukuman.
b) Guru dapat mengadakan pengelolaan kelompok dengan cara:
1)      Mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas;
2)      Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok dengan menangani konflik yang timbul
c) Menemukan dan mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku salah yang muncul dan mengetahui sebab-sebabnya serta berusaha untuk menemukan pemecahannya, yaitu dengan:
1)      Menghilangkan ketegangan dengan humor mengabaikan yang direncanakan;
2)      Mengadakan campur tangan dengan isyarat;
3)      Mengakui perasaan negatif peserta didik
4)      Mengekang secara praktik
5)      Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi;
Agar dapat mengelola kelas dengan efektif, perlu dihindari hal-hal yang akan menimbulkan gangguan proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1). Campur tangan guru yang berlebihan
Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung hendaknya guru tidak melakukan kegiatan atau mengatakan sesuatu yang akan mengganggu peserta didik.
2).Kesenyapan                                                                             
Kesenyapan yang terjadi dalam bentuk diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran akan mengakibatkan pikiran peserta didik mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan.
3).Penyimpangan
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan tertentu memungkinkan terjadinya penyimpangan. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
4).Bertele-tele
Pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang akan membuat peserta didik tidak fokus pada permasalahan yang dibicarakan guru.
KELOMPOK IX
PEMBAHASAN
A.    Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Indikator kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar-mengajar.
Keanekaragaman masalah perilaku siswa yang menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah :
1.      Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok.
3.      Reaksi negative terhadap anggota kelompok.
4.      Reaksi mentoleransi kekeliruan-kekeliruan.
5.      Mudah mereaksi perilaku negative / terganggu.
1)      Jenis masalah dalam Pengelolaan Kelas
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individu dan yang bersifat kelompok.
a.       Masalah yang bersifat Individual.
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.
b.      Masalah bersifat kelompok.
Dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
2)      Kekurang-kompakan
Kekurang-kompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok. Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok.

3)      Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
4)      Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya.
Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan
5)      Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.
6)      Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain.
7)      Cara menghadapi masalah pengelolaan
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh guru, antara lain:
a.       pendekatan pengubahan tingkah laku,
b.      pendekatan iklim sosio-emosional,
c.       pendekatan proses kelompok
d.      pendekatan elektis, Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, seorang guru dapat menggunakan lebih dari satu pendekatan.

B.     Penataan Ruang Kelas dan Pengaturan Siswa
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell yaitu:
1.      Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.
2.      Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
3.      Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
4.      Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
5.      Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan  perlu memeperhatikan peraturan atau penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan  belajar hendaknya memungkinkan  anak didik duduk berkelompok  dan memudahkan anak didik bergerak secara leluasa.
Pengaturan tempat duduk sisiwa.
a)      Tempat Duduk Siswa
Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan pengajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar semua siswa mampu menangkap pelajran yang diberikan dengan merata, seksama, menarik, tidak monoton, dan mempunyai sudut pandang bervariasi terhadap pelajaran yang tengah dikuti.
Contoh formasi bentuk bangku sebagai berikut:
1.      Formasi Tradisionala (Konvensional)
Formasi konvenssional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi.
2.      Formasi Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional).
3.      Formasi Cevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas.
4.      Formasi Kelas bentuk Huruf U
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
5.      Formasi Meja Pertemuan
Formasi meja pertemuan biasanya diseenggarakan di tempat-tempat pertemuan dan seminar, baik di hotel maupun gedung pertemuan. Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok tersebut mempunyai meja pertemuannya sendiri-sendiri.

b)      Pengaturan Alat-Alat Pengajaran dalam kelas adalah:
Alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur sebagai berikut:
a.       Perpustakaan kelas
b.      Alat – alat peraga media pengajaran
c.       Papan tulis, kapur tulis, dll
d.      Papan resensi siswa
1.      Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.       hiasan dinding (panjang kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran.
b.      penempatan lemari
c.       pemeliharaan kebersihan
2.      Ventilasi dan tata cahaya
a.       Ada ventilasi yang sesuai dengan ruang kelas
b.      Sebaiknya tidak merokok
c.       Pengaturan adanya perlu diperhatikan
d.      Cahaya yang masuk harus cukup. 

C.     Pengelolaan Kelas yang Efektif
Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Menurut Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu yang dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan guru.
2.      Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
3.      Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu.
4.      Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota.

5.      Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa.